ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI.
ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI.
Memperingati hari pendidikan nasional kali ini sudah layak dan sepantasnya kita merefleksikan semboyan dalam bahasa Jawa yang berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan. Semboyan ini hendaknya berlaku untuk semua kita bangsa Indonesia. Saatnya kita bertindak dengan memberi contoh teladan yang baik : Bila kita seorang pejabat, berilah contoh yang baik bagi kami rakyat kebanyakan. Jangan umbar janji, tetapi akhirnya banyak kosupsi dan perlakuan kurang terpuji.Malas bekerja maunya gaji banyak dan terus bertambah. Bila kita orang tua dewasa hendaknya kita jangan pintar bicara dan melarang anak muda, “ jadi orang jangan malas-malasan, jangan merokok., kerja keras, jangan boros namun dirinya sendiri tidak melaksanakan. Bila kita seorang mahasiswa ataupun pelajar, hendaknya kita bisa memberikan contoh tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak menyeberang jalan asal menyeberang, padahal tidak jauh dari situ ada jembatan penyeberangan. Kita perlu belajar sungguh-sungguh, belajar cerdas, kerja cerdas. Bila kita seorang siswa, hendaknya kita belajar dengan kesungguhan hati, tidak hanya main HP,game,Catting yang justru mengalahkan belajarnya. Hendaknya seorang pelajar terpanggil untuk menjadi contoh bagi adik-adik dibawah tingkatan sekolahnya, yang SLA menjadi contoh yang SLTP, SD dan TK. Bila demikian kita dapat mengamalkan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo.
Seiring dengan itu juga kita dituntut untuk selalu memberikan semangat, Ing Madyo mangun karso. Pada hakikatnya semua orang adalah seorang pimpinan, minimal pimpinan bagi diri kita sendiri, tetapi ada kalanya kita juga memimpin orang lain pula. Seyogianya sebagai seorang pimpinan, kita harus selalu memberikan semangat kepada bawahannya.Untuk dapat memotivasi orang lain, kita harus mempunyai dorongan bagi diri sendiri. Doronganbagi diri sendiri bisa dengan mengingat visi dan misi hidup kita, atau menggali dari nilai spiritualitas agama-agama, pun pula dari pengalaman hidup kita. Setelah kita mampu menimba spiritualitas itu kita berikan motivasi kepada orang lain. Tidak hanya berbicara, tetapi kita telah mengalami dan akan mengalaminya, sehingga orang percaya apa yang dikatakannya. Bila kita seorang guru atau dosen , memberikan dorongan kepada para siswa atau mahasiswanya, tentu sudah biasa, tetapi apakah dorongan itu sungguh keluar dari dalam dirinya atau sekedar melaksanakan kewajiban karena ia seorang guru atau seorang dosen ? Demikian juga orang tua, pimpinan sebuah perusahaan pun pula seorang pejabat dinegeri ini. Kita sangat membuthkan seorang pimpinan yang mampu untuk mangun karso. Yangharus kita ingat manakala semuanya sudah berjalan normal mengarah kekemajuan jangan kita malah ngrecoki, mengganggu, tidak memberikan sara tetang dan nyaman. Kita hendaknya “larut “ dalam kemajuan bersama dambil “tut wuru handayani”, kita membuntuti, mendorong, memberi kritik dan saran, sehingga akan terwujud cita-cita dan tujuan bersama. Cita-cita dan tujuan bersama kita masih jauh, belum tercapai,Masih belum sempurna. Kita mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama sebagai bangsa Indonesia, hendaknya kita kawal, kita capai bersama. Bukankah kita mempunyai tujuan yang belum tercapai ? untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban umum yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Bukankah kita juga mempunyai cita-cita yang sama dan belum tercapai yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur ? Marilah kita wujudkan bersama dengan taklupa berpedoman pada semboyan pendidikan. Terimakasih kepada bapak Ki Hajar dewantara, dan pahlawan pendidikan yang lainnya. Jasamu akan kukenang hingga akhir hayat kami.
Komentar
Posting Komentar