KEMATIAN, SUATU FENOMENA KEYAKINAN KEPADA KETUHANAN YANG MAHA ESA.

KEMATIAN, SUATU FENOMENA KEYAKINAN KEPADA KETUHANAN YANG MAHA ESA.
“Tidak ada yang menduga bahwa perjumpaan kita hanya sampai disini. Tidak ada yang menduga bahwa canda tawa, kebersamaan hanya sampai disini.” Inilah komentar dari orang-orang yang ditinggal oleh sahabatnya untuk pergi selama-lamanya, alias meninggal dunia. Ada begitu banyak orang yang merasa terpukul dengan kematian orang terdekat yang dicintainya, tetapi ada yang tak dengan keteguhan imannya ia tetap tegar,bahkan ia menganggap kematian adalah keberuntungan baginya, karena ia akan bertemu dengan Sang Penciptanya. Berikut ini marilah kita mengungkap bersama pandangan 6 agama yang ada di Indonesia tentang kematian.
Dalam iman Budha :
Kematian dalam ajaran Buddhis biasa disebut lenyapnya indra vital terbatas pada satu kehidupan tunggal dan bersamaan dengan fisik kesadaraan proses kehidupan. Kematian merupakan transformasi arus kesadaran seseorang yang terus mengalir dalam satu bentuk kehidupan ke bentuk kehidupan yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kebodohan batin ataupun kemelekatan.
Kematian dalam pandangan Buddhis bukanlah akhir dari segalanya, namun kematian berarti putusnya seluruh ikatan yang mengikat kita terhadap keberadaan kita yang sekarang. Semakin kita dapat tidak terikat pada dunia ini dan belenggunya, akan semakin siap kita dalam menghadapi kematian dan pada akhirnya akan semakin dekat kita pada jalan menuju “keadaan tanpa kematian”. Dalam Buddhis, sesungguhnya kematian tidak dapat dipisahkan dari kelahiran, dan juga sebaliknya dimana setiap yang mengalami kelahiran akan juga mengalami kematian.
Dalam iman Hindu :
Agama Hindu mengajarkan bahwa kematian adalah identik dengan seseorang menggantikan pakaian lama yang sudah usang dengan pakaian baru. Mengganti pakaian atau membuang pakaian lama sama hakekatnya dengan kematian dan mengambil pakaian baru sama hakekatnya dengan kelahiran. Proses lahir-hidup-mati, lahir-hidup-mati, berulang-ulang dan berhenti ketika Atma mencapai Moksa. Sebagian besar umat manusia akan berduka dan menangis sedemikian pilu ketika salah satu anggota keluarga yang amat disayangi meninggal dunia atau mati. Duka tersebut akan semakin bertambah ketika mendengar pernyataan dan kesaksian dari orang-orangbahwa Atma (roh atau jiwa) anggota keluarga yangmeninggal itu tidak mendapat tempat yang sesuai dan gentayangan di sana-sini.
Dalam iman islam :
Kematian menurut dalam Pandangan ISLAM dan Hadits - Islam memberikan ajaran bahwa semua yang hidup pasti akan menemui ajal atau kematian. Kematian tidak akan bisa dicegah dan dielakkan. Umur seseorang ada yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Bahkan, panjang atau pendek umur seseorang berada pada wilayah takdir Allah. Tidak akan ada seorangpun yang mengetahui tentang kepastian umur itu.
seseorang yang menemui ajalnya atau mati dianggap tidak masalah. Peritiwa itu adalah lazim terjadi, atau hal biasa, dan bahkan harus terjadi. Seseorang yang meninggal dunia dalam keadalaan muslim dianggap tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan atau ditakutkan. Kematian itu baru melahirkan masalah, manakala seseorang tatkala meninggal dunia tersebut dalam keadaan tidak sebagai seorang yang beriman.
Dalam iman Khonghucu :
Khonghucu tidak banyak berbicara banyak tentang hidup setelah mati, tapi ia percaya akan keberadaan roh-roh, dan roh-roh yang berhubungan denga keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang masih hidup harus mempersembahkan korban kepadanya. Dalam sebuah korban yang disajikan dalam sebuah pesta atau sejajian, karena bahwa roh-roh leluhur akan menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para leluhur mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau) pada orang tua.Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan keluarga saja yang telah meninggal.Pemujaan arwah nenek moyang telah merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze.Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.
Dalam iman Kristen :
Dalam pandangan kristiani kematian manusia bukanlah suatu kesia-siaan. Dari perspektif iman kita percaya bahwa kematian kita terjadi dalam rahmat Kristus. Kematian orang beriman kristiani berarti keikutsertaan dalam kematian Kristus. Kita mati dalam Kristus. Kematian sebagai upah dosa diubah menjadi berkat, karena kita mati dalam Kristus.
Dalam iman Katolik :
Itulah takdir Tuhan bila Tuhan telah memanggil kita. Semua orang akan mengalami panggilan ini, kematian. Tetapi sebagai orang beriman, kita percaya bahwa lewat kematian kita beralih dari kehidupan fana kepada kehidupan baka, seperti Kristus yang lewat wafatNya masuk kekehidupan yang mulia.
Melalui liturgi kematian gereja katolik ingin mengajak kita untuk :
1) Memuliakan Allah yang menguasai kehidupan manusia
2) Memupuk iman akan kebangkitan
3) Memberikan kesaksian tentang iman katolik yang penuh harapan
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sila, pertama Pancasila , sejalan dengan keenam pandangan /ajaran agama di Indonesia yang pada dasarnya menunjukkan bahwa setelah kematian, tidaklah berhenti, namun ada suatu kehidupan lagi. Maka kehidupan sekarang didunia ini hendaknya yang baik, hidup hendaknya sesuai dengan ajaran agama masing-masing yang selalu mengajarkan kepada kita kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANCASILA DALAM ‘TRI PRAKARA’

MANUSIA MONOPLURALIS

TRIDHARMA PERBURUHAN, SEBUAH HUBUNGAN PERBURUHAN PANCASILA